Sabtu, 24 Mei 2008

Lalu Lintas Jepang VS Indonesia

Orang bilang, perilaku masyarakat di jalan raya mencerminkan karakter bangsanya. Sikap semau gue di Indonesia ditunjukkan pengemudi kendaraan umum, bus mikro, mikrolet, atau bajaj. Rambu-rambu larangan berhenti dicueki. Ngetem sesukanya. Tak peduli tindakannya membuat kemacetan. Jika hendak mengambil atau menurunkan penumpang, seenaknya memotong jalan.

Perilaku pengendara mobil pribadi tak jauh beda. Saling serobot di tengah keramaian lalu lintas. Lampu pengatur lalu lintas menyala kuning tak dianggap. Pengendara sepeda motor pun sering jadi raja jalanan. Dengan pongah menjarah "wilayah" pejalan kaki. Trotoar dijadikan lintasan resminya. Seolah dialah yang harus didahulukan sehingga, karena padatnya arus kendaraan, merasa sah melabrak trotoar.

Berbeda dengan masyarakat Jepang dalam bersikap terhadap peraturan lalu lintas, suatu contoh nyata Orang Jepang lebih senang memilih memakai jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya mereka untuk menunggu lampu traffic light menjadi hijau, meskipun di jalan itu sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi.

Mereka membeli mobil (dan harga mobil di Jepang jauh lebih murah daripada di Indonesia!), tetapi pergi ke kantor mereka menganggap lebih praktis naik kereta saja, yang tidak menimbulkan kesulitan parkir. Dan ke stasiun kereta lebih mudah dengan sepeda. Selalu ada trotoar untuk jalan sepeda dan orang berjalan kaki.

Orang yang berjalan kaki Di Jepang boleh dikatakan aman dari gangguan. Kalau menyeberang, niscaya mobil akan mengalah, meskipun misalnya lampu sudah merah. Kalau di Indonesia kita akan selalu ngeri kalau memintas jalan karena sopir yang membawa kendaraan merasa bahwa mobil lebih penting daripada manusia, maka di Jepang sebaliknya. Pengemudi mobil akan berhenti, mengalah kepada orang yang berjalan kaki yang hendak memotong jalan. Oleh sikap pengemudi mobil yang mendahulukan orang yang berjalan kaki, kita merasa dihargai sebagai manusia.

Di Indonesia kapan yach bisa tertip seperti Di Negeri Sakura…

Tidak ada komentar: